Peretas Cina dituduh membobol data pegawai negeri AS
Markas besar Departemen Keamanan dalam Negeri di Washington. Department ini mengatakan bahwa data dari Kantor Manajemen Personel telah diretas.
Para peretas Cina dicurigai melakukan "pelanggaran besar-besaran" yang mempengaruhi data jutaan pegawai pemerintah Amerika Serikat, kata para pejabat.
Kantor Manajemen Personel (OPM) mengonfirmasi pada hari Kamis (04/06) bahwa hampir empat juta pegawai yang ada saat ini maupun di masa lalu terkena dampak pelanggaran ini.
Pelanggaran ini berpotensi mempengaruhi semua badan federal, kata para pejabat itu.
Susan Collins, anggota Komite Intelijen Senat, mengatakan peretas diduga berasal dari Cina.
Kedutaan besar Cina di Washington sudah memperingatkan agar AS tidak "langsung melompat ke kesimpulan".
Juru bicara kedutaan Zhu Haiquan mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa tuduhan ini "tidak bertanggung jawab dan kontraproduktif".
OPM bertindak sebagai badan sumber daya manusia untuk pemerintah federal federal. Badan ini yang mengeluarkan izin keamanan dan mengumpulkan catatan tentang semua karyawan pemerintah federal.
Informasi yang disimpan di basis data OPM termasuk penugasan kerja pegawai, tinjauan kinerja dan pelatihan, menurut para pejabat.
Dapat dipalsukan atau dipakai untuk memeras
Peretasan ini tidak menyentuh pemeriksaan latar belakang dan investigasi untuk pemberian izin kepada pegawai, kata mereka.
Collins menyebutkan peretasan ini sebagai "indikasi atas adanya pemerintah asing yang berhasil menyelidiki dan berfokus pada data yang dapat mengidentifikasi orang-orang yang sudah lolos pemeriksaan keamanan".
Dengan menggunakan sistem keamanan internet yang dikenal dengan nama Einstein, OPM mendeteksi adanya "gangguan siber" pada bulan April 2015.
FBI mengatakan tengah menginvestigasi pelanggaran ini.
Ken Ammon, ketua petugas startegi di Xceedium -sebuah perusahaan keamanan siber- memperingatkan bahwa data yang diretas dapat digunakan untuk memalsukan atau memeras pegawai fideral yang memiliki akses ke informasi yang sensitif.
No comments:
Post a Comment