Selasa, 02/06/2015 12:27 WIB
Tragedi 1965 dan Kenangan Sudirman Lolos dari 'Eksekusi Mati'
Halaman 1 dari 4
Jasad-jasad orang yang dituduh PKI itu dikubur di dua lubang yang digali di bawah dua pohon jarak tanpa ada prosesi atau lantunan doa. Keberadaan mereka pun disembunyikan sehingga tidak ada sanak saudara yang tahu.
Secuil gambaran tragedi 1965 itu masih terukir jelas di ingatan Sudirman, seorang kakek yang kala itu menyaksikan rekan-rekannya dihujani peluru hingga tewas. Dia menjadi satu-satunya saksi hidup dari ratusan orang yang dieksekusi mati.
Meski sudah renta, kakek ini masih bisa bercerita dengan jelas ketika tragedi itu terjadi. Awalnya di suatu malam ia dijemput oleh sejumlah pria karena aktif dalam organisasi kepemudaan. Bersama dengan ratusan warga Kendal lainnya, ia dikumpulkan di sebuah pabrik padi Pelantara di Kaliwungu, Kendal.
"Saat itu usia saya sekitar 40 tahun, ya. Di sana semua diinterogasi, disiksa," kata Sudirman kepada detikcom saat ditemui di kuburan massal tragedi 1965 di Plumbon, Senin (1/6/2015).
Suatu ketika dua truk membawa mereka ke tengah hutan yang berada di desa Plumbon. Seingat Sudirman, waktu itu sekira pukul 03.00 dan hujan gerimis. Ada 28 orang yang diminta berdiri berjajar sedangkan aparat berada di hadapan mereka sambil menenteng senjata api.
"Rata-rata saya kenal semua, sering kumpul-kumpul. Ada yang masih kerabat namanya Soedarsono. Terus ada satu yang sempat berpesan ke saya namanya Soekandar. Dia bilang, 'teruskan perjuangan saya'," kenangnya.
No comments:
Post a Comment